Gunung latimojong terletak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan yang merupakan bagian dari pegunungan Latimojong yang membentang luas di wilayah kab. Enrekang, Tana Toraja, Toraja Utara dan Luwu. Terdiri dari tujuh buah puncak, dengan puncak tertinggi adalah puncak Rantemario dengan elevasi 3478 Mdpl.
Kebanyakan pendaki yang mengunjungi pegunungan ini menembak langsung pada puncak tertinggi, Rantemario.
Jika ambil rute awal dari ibukota provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
Perjalanan darat Makassar menuju Enrekang sekitar 6 jam, kemudian dari kota Enrekang menuju kecamatan Baraka sekitar 20 menit, tapi bisa juga menggunakan jasa mobil angkutan yang memang dari Makassar menuju Kecamatan Baraka yang jelas lebih mengurangi waktu tempuh dan tentunya biaya. Jika langsung ke Kecamatan Baraka, biayanya sekitar Rp.90-100K tergantung kesepakatan dengan supir angkutan umumnya.
Kemudian dari Kecamatan Baraka dilanjutkan dengan menggunakan mobil angkutan menuju Desa Rantelemo, biasanya berupa truk atau jeep pengangkut barang dengan lama perjalanan sekitar 4 jam, hanya inilah tumpangan terakhir dikarenakan jalur menuju Desa Rantelemo yang sangat ekstrim. Angkutan ini hanya ada pada hari senin dan kamis, bertepatan dengan hari pasar di kecamatan Baraka. Biaya perorangnya sekitar Rp.30-35K.
Namun tak jarang juga ada angkutan yang tembus masuk hingga ke dusun Karangan yang merupakan perkampungan terakhir sebelum memulai pendakian dengan biaya Rp.35K. Jika angkutan hanya sampai di Desa Rantelemo, maka pendaki harus berjalan kaki sekitar 1 jam untuk sampai ke dusun Karangan.
Namun tak jarang juga ada angkutan yang tembus masuk hingga ke dusun Karangan yang merupakan perkampungan terakhir sebelum memulai pendakian dengan biaya Rp.35K. Jika angkutan hanya sampai di Desa Rantelemo, maka pendaki harus berjalan kaki sekitar 1 jam untuk sampai ke dusun Karangan.
Ketika tiba di dusun Karangan, pendaki bisa menginap dirumah kepala Dusun, Bapak Sinuk. Disini sekalian juga mengisi buku tamu atau absensi para pendaki Gunung Latimojong.
Over the intro, your trip begin.
perjalan menuju Desa Rantelemo |
Desa Rantelemo |
Dusun karangan ke pos 1, ± 90=100 menit
Dari dusun Karangan jalur yang dilalui adalah pemukiman penduduk dilanjutkan dengan memasuki perkebunan kopi. Terdapat banyak percabangan jalan. Untuk pecabangan pertama, ambil jalur lurus bukan jalur kanan, jalur kanan menuju perkampungan bagian atas. Kemudian pada percabangan kedua ambil jalur kanan, bukan jalur kiri, jalur kiri menuju jembatan dan masuk lebih jauh kedalam perkebunan kopi yang akhirnya kembali ke perkampungan.
Pada jalur kanan kita akan tetap memasuki perkebunan kopi bercampur sedikit perkebunan durian dan cengkeh. Kemudian akan ada percabangan ketiga, pada percabangan ini terbagi menjadi dua jalur, keduanya bisa dilalui, hanya tergantung pilihan kita, yang kanan sedikit melebar kepunggung gunung dengan jalan yang lebih landai tetapi lebih jauh, sedangkan jalur yang kiri lebih dekat namun dengan tanjakan yang panjang. Keduanya bisa bertemu di Pos 1.
Pada jalur kanan kita akan tetap memasuki perkebunan kopi bercampur sedikit perkebunan durian dan cengkeh. Kemudian akan ada percabangan ketiga, pada percabangan ini terbagi menjadi dua jalur, keduanya bisa dilalui, hanya tergantung pilihan kita, yang kanan sedikit melebar kepunggung gunung dengan jalan yang lebih landai tetapi lebih jauh, sedangkan jalur yang kiri lebih dekat namun dengan tanjakan yang panjang. Keduanya bisa bertemu di Pos 1.
Dusun Karangan |
Pos 1 ke pos 2, ± 45-60 menit
Perjalanan menuju pos 2 diawalai dengan melewati batas akhir perkebunan penduduk dan mulai masuk kedalam hutan, selama perjalan akan melewati pinggiran gunung dan kebanyakan hanya berpegang pada akar-akar pohon. Terdapat sumber air di pos 2 berupa sungai yang mengalir deras. Pendaki bisa mendirikan tenda di pos 2 ini, tepatnya dibawah tonjolan batu yang sangat besar.
pos 2 |
lokasi camp pos 2 |
Perjalanan dari Pos 2 ini akan diawali dengan tanjakan panjang dengan kemiringan sekitar 75ยบ ditambah dengan jalur yang licin, tetap mengandalkan akar-akar pohon. Jalur sedikit landai ketika hamper tiba di pos 3.
pos 3 |
Dari pos 3 ini akan masuk semakin jauh kedalam hutan yang rimbun dan gelap dimana cahaya matahari semakin berkurang yang bisa menembus pepohonan. Jalur mulai menanjak ketika hampir tiba di pos 4. Pada jalur ini banyak pohon-poon besar yang tumbang.
pos 4 |
Pos 4 ke pos 5, ± 50-60 menit
Diawali dengan jalur landai kemudian kembali menanjak dan kembali berjalan dipinggiran gunung bersebelahan dengan jurang, namun di jalur ini pendaki bisa menemukan buah kalpataru yang jatuh dari atas gunung.pos 5 ini berupa dataran luas yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda, dan terdapat sumber air di pos 5, berada pada jalur sebelah kiri menurun sekitar 150 meter. Sayangnya di camp ini juga terdapat tumpukan sampah dari pendaki yang tidak bertanggung jawab. Jika beruntung dapat melihat segerombolan tupai yang berkeliaran disekitar pos ini.
pos 5 |
sampah yang berserakan di pos 5 |
Pos 5 ke pos 6, ± 45-60 menit
Dari pos 5, jalur kembali menanjak panjang dan sesekali jalur landai. Jalur licin dan tetap mengandalkan akar dan ranting pohon, pada jalur ini banyak pohon-pohon besar yang tumbang yang mengalangi jalan.
Perjalanan dari pos 6 ini melewati pohon-pohon kering yang ditumbuhi lumut. Diawali dengan jalur yang sedikit landai dan kemudian dilanjutkan dengan jalur menanjak hingga pos 7. Jalur cukup berbahaya dengan jalur tanjakan berupa batu dan hanya sedikit akar dan ranting pohon untuk berpegangan. Pos 7 berada sedikit dibawah karena lebih dekat dengan sumber air dengan dataran cukup luas untuk beberapa tenda. Sumber air terdapat di jalur sebelah kiri menurun sekitar 30 meter.
pos 7 |
Pos 7 ke puncak, ± 30-45 menit
Dari pos 7 ini terdapat beberapa jalur, selatan menuju sumber air, utara menuju jalur pendakian dari Luwu dan jalur menuju puncak Nenemori ( sudah tidak jelas karena jarang digunakan ), barat menuju pos 6 dan timur menuju puncak Rantemario.
percabangan jalan menuju puncak |
Pos 7 berada pada elevasi 3100 Mdpl. Untuk menuju puncak, diawali dengan jalur menanjak sekitar 5 menit hingga sampai pada tanah lapang, di tanah lapang ini terdapat 2 percabangan jalan, ambil jalur kiri untuk menuju puncak.
Puncak Rantemario pegunungan Latimojong memang yang tertinggi di pulau Sulawesi, namun Gunung yang paling populer adalah gunung Bawakaraeng(2830mDpl), Sulawesi Selatan.
Berikut Jalur pendakian gunung Bawakaraeng.
No comments:
Post a Comment